Aspirasijabar | Cimahi - Anggota DPRD Kota Cimahi Komisi III H Enang Sahri Lukmansyah, S.Sos, MM menyatakan sangat riskan melihat sampah saat ini di Kota Cimahi yang sangat menumpuk.
"Kaitan dengan penanggulangan sampah di Kota Cimahi ini sangat riskan, disini harus ada komitmen bersama, antara pemerintah dan masyarakat, RT/RW se Kota Cimahi," ujar H Enang Sahri Lukmansyah saat dikonfirmasi di kantor DPD Partai NasDem Kota Cimahi Jalan Sangkuriang Cimahi Utara, Selasa (25/01/2022).
Selanjutnya menurut Enang yang juga Ketua DPD Partai NasDem Kota Cimahi, permasalah sampah di Kota Cimahi sangat riskan, Karena posisi timbunan sampah saat ini sangat besar, timbunan sampah perharinya 300 Ton,
" Dari 300 ton itu yang bisa terangkut hanya 200 ton," jelasnya.
Yang harus dipikirkan oleh pemerintah menurut Enang, masalah sisa sampah yang 100 ton per hari yang tidak terangkut,
"Kalau perhari 100 ton yang tidak terangkut berarti dalam satu bulan menjadi 3.000 ton," terangnya kembali.
Jadi harapan Enang, dari sampah 3. 000 ton/bulan yang tidak terangkut akan menjadi dilema bagi pemerintahan Kota CImahi itu sendiri.
"Kita harus cari solusinya bagaimana dari sampah ini menjadi nilai ekonomis, kalau dihitung masalah anggaran berkaitan dengan tiping fee ke TPA, cost pengangkutan dalam APBD sebesar Rp 20 Miliar ke Sarimukti, apalagi rencananya 2023 akan pindah ke TPA Legok nangka, otomatis cost anggarannya akan lebih terasa tinggi lagi sebesar Rp 42 Miliar, karena jarak tempuhnya sangat jauh," kata Enang.
Enangpun pernah turun langsung kelapangan di Puri Cipageran, banyaknya sampah tersebut dari sampah Rumah Tangga, sampah pasar, dan sampah tempat rekreasi.
"Di Cimahi ada 300 ribu Kepala Keluarga, dikasih sampah pemilahan dari bawah antara sampah organik dan sampah non organik, dari sampah organik kita dapat olah menjadi magot yang berbentuk belatung dari kotoran lalat, yaitu untuk makanan ternak lele, atau dipilah mana sampah yang bisa dijual atau sampah yang dapat dimanfaatkan," bebernya.
Enangpun mengharapkan kepada pemerintah, daripada anggaran cost pengangkutan yang mahal, maka kata Enang lebih baik masyarakat diberikan mesin pemisah sampah antara sampah organik dan non organik,
"Misalkan harga mesin Rp 10 juta satu mesin, dikali 300/KK, hanya 3 Milyar, nanti bila sudah dipilah dengan mesin, bisa jadi residu sampah akan 20 prosen yang diangkut," jelasnya.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi Lilik Setyaningsih saat dikonfirmasi d iruangan kerjanya Pemkot Cimahi menjelaskan, ditahun 2020 tumpukan sampah sebanyak 273,38 ton perharinya.
"Sampah yang sudah terkelola mencapai 97,85 ton, sedangkan sampah yang masih tidak terkelola mencapai 2,15 prosen," jelas Lilik.
Juga kata Lilik kembali, terkait sampah yang dipilah-pilah, pihaknya sudah jauh-jauh hari menyediakan pemilah tuntas pilah sampah organik magotisasi mandiri yang ada di 28 RW.
"Contohnya magot di RW 18 Cipageran pak Arif sudah berapa ton minta sampah kekita, juga magot di Pasirkaliki, Padasuka," terang Lilik
Diapun berharap kedepannya akan ada bantuan dari pusat terkait sarana dan prasarana pengolahan sampah,
"Insyaallah kedepannya akan ada bantuan dari pusat terkait sarana dan prasarana pengolahan sampah ini ada didua lokasi dilebaksaat sama disantiong mudah-mudah ditahun depan dapat rerealisasi," harapnya.
Red,
