-->

Notification

×

Iklan

Peserta MTQ asal kabuaten pulau morotai dibuat terlantar oleh official Morotai

21 Mar 2022 | Maret 21, 2022 WIB | 0 Views Last Updated 2022-03-21T08:47:41Z

Aspirasijabar | Morotai - Dinilai pelayanan tidak baik oleh Tim Official atau Pemda Pulau Morotai, sejumlah Peserta tuan rumah MTQ Pulau Morotai merasa dianak tirikan.

Sebagaimana disampaikan oleh salah satu peserta Tilawah Cabang Qira'ath shobah golongan Mujawwad, Sayuti DJ. Wahab saat ditemui oleh awak media, dihotel Molokai Desa Juanga, Kecamatan Morotai Selatan, Minggu (20/03/2022), mengaku kesal atas tindakan yang dilakukan oleh Tim Official Kabupaten karena dinilai tidak baik,

"Sebagai peserta saya merasa kesal yaitu menyangkut dengan pelayanan mereka", ungkapnya

Dikatakan, Saya sebagai peserta tilawah cabang Qira,aht shobah, golongan mujawwad, MTQ dari Morotai asli orang Morotai di Desa Hapo, tapi tinggalnya di Malifut (Halut) tadi baru datang dari Tobelo menuju Morotai. Sebenarnya kemarin saya sudah di Morotai, cuma karena terhambat dengan biaya transportasi, sehingga saya balik lagi dari Tobelo menuju Malifut. Jadi, nanti tadi ini baru saya datang ke Morotai,

"Memang kemarin waktu di Tobelo saya sudah sempat chating lewat grup WhatsAap untuk minta bantu biaya transportasi dari Tobelo ke Morotai, tetapi tidak direspon akhirnya saya balik ulang ke Malifut dengan teman saya juga sebagai peserta Tilawah dari Morotai untuk cari uang dalam rangka perjalanan sampai ke Morotai, nanti hari ini baru saya tembus kesini", tuturnya

Menurutnya, Kebetulan kami ada grup, jadi semua hal itu kami keluhkan kesitu, namun ternyata keluhan kami itu tidak direspon sama sekali, sesal Sayuti didepan awak media.

"Keluhan ini sama dengan peserta Tilawah Morotai yang lain sebanyak 38 orang yang mengikuti MTQ. Dan bahkan dari Kesra sendiri juga tidak datang melihat kami, pada hal kami ini peserta tuan rumah, dan bahkan digrup saja mereka tidak membalas keluhan kami. "ya terpaksa pelatih kami sebagai sasaran tempat keluhan kami, sehingga sampai saya marah ke pelatih. Dan bahkan, tadi saja saya kemari di hotel untuk antar draf makrarnya itu saya menumpang naik mobil orang, karena hanya untuk menyetor makrarnya ke Panitia dihotel, soalnya panitia meminta drafnya, sehingga saya harus antar, imbuhnya

Menurutnya, hal ini bisa kami bandingkan ketika kami jadi utusan Kecamatan mengikuti MTQ tingkat Kabupaten, itu pelayanan seorang Camat sangat luar biasa, pada hal dengan biaya anggaran yang cukup terbatas itu pun Camat masih bisa layani kami dengan sepuasnya. Jadi, misalkan ketika kami masih berada di Ternate, tetap saja mereka kirim tiket dan lainnya, bahkan sampai mereka kasih pulang lagi.

"Ini tidak ada sama sekali, sedangkan kami ini sebagai peserta Kabupaten. Kemudian membawa nama baik Kabupaten, berarti itu tanggung jawab Bupati. Kalau pun itu tanggung jawab Bupati kenapa sih pelayanannya tidak sebagus seperti camat, berarti dari Kecamatan lebih bagus dari pada Kabupaten yang punya pelayanan".

Dikatakan, bahwa setingkat transportasi saja, kami yang tanggung sendiri, itu transportasi sampai datang disini, dan bukan hanya itu, makan saja kami lihat merasa ngeri, sebetul kalau kami peserta ini, kami makan itu bukan semaunya mereka saja. Tapi, harus kami punya mau, apalagi sebagai Tilawah itu tidak bisa makan sembarangan, artinya itu untuk sementara. Soalnya makan yang model seperti itu kami harus menghindari dulu, demi untuk menjaga suara kami sebagai Tilawah, katanya

Ini tidak, kata dia bahwa makanan itu semaunya mereka saja, seenaknya mereka taruh begitu. Akhirnya ada beberapa peserta Tilawah dan bahkan saya harus mencari makanan sendiri, karena kami tidak mau, jika sebentar nanti kami tampil, itu bisa merusak tampilan suara,

"Pada akhirnya kami harus cari jalan, untuk mengatur dalam mengonsumsi makanan jangan sampai berpengaruh disuara kami".

Lanjutnya, Setidaknya yang namanya ofisiel itu harus berada ditempat, ini tidak ada sama sekali, yang kami lihat itu hanya pelatih kami saja yakni Ustad Jamaludin Djulen, dia yang selalu ada untuk mendampingi kami. Tapi, kasihan akhirnya dia merangkap jadi ofisiel untuk mengurusi kami, tuturnya

"Bagaimana dia tidak jadi ofisiel, lalu kami keluhkan disiapa, kalau bukan dia. Akhirnya dia juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena dia bukan ofisiel dia hanya sebagai pelatih", ujarnya

Ditanya, apakah selama mengikuti MTQ itu selalu diberikan biaya transportasi?
Dijawab, kami selama mengikuti MTQ itu, yang namanya biaya transportasi selalu saja ditanggung oleh pihak penanggungjawab (ofisiel) . Misalnya, saya ditelpon nomor rekening saya, langsung ditranfer, itu pengalaman saya mengikuti MTQ di luar dari Morotai,

Nanti kali ini baru Morotai jadi tuan rumah, sebagai peserta tuan rumah tidak diberikan biaya transportasi. Makanya jika pelayanan model ini, masih lebih bagus kami di urus oleh pihak Kecamatan dari pada urusannya dari Kabupaten, apa yang kami banggakan kira-kira, kan tidak sama sekali. Berarti tidak perlu kita banggakan,karena peserta sekecil ini pun tidak bisa diurus dengan baik,

Ditanya lagi, kira-kira menurut Ustad, pelayanan dari tuan rumah sendiri bagaimana?
Dijawab, kurang baik, bisa kami bilang bahwa kami sebagai peserta tuan rumah MTQ sangat di anak tirikan,


Pewarta : (oje)
×
Berita Terbaru Update