Aspirasi Jabar || Pangandaran - Lokasi budidaya rumput laut Eucheuma di Pantai Timur Pangandaran
Visi Kabupaten Pangandaran tahun 2021-2026 yang tertuang di dalam dokumen RPJMD yaitu, “Pangandaran Juara Menuju Wisata Berkelas Dunia Yang Berpijak Pada Nilai Karakter Bangsa”, dengan salah satu misi yaitu Misi 4: “Meningkatkan ketahanan ekonomi dan sosial yang berkeadilan berbasis potensi lokal”. Sejalan dengan misi tersebut maka sangat banyak sekali potensi lokal yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pangandaran dalam rangka meningkatkan ketahanan ekonomi dan sosial.senin (09/12)
Potensi pengembangan sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Pangandaran sangat beragam, mulai dari perikanan tangkap, perikanan budidaya, hutan mangrove, padang lamun, terumbu karang, pertambangan dan energi, serta pariwisata bahari. Kabupaten Pangandaran dikenal sebagai daerah tujuan wisata bahari favorit di Jawa Barat bagi turis domestik maupun mancanegara. Kabupaten Pangandaran, memiliki potensi alam yang tidak hanya terbatas pada sektor pertanian, tetapi juga di bidang kelautan dan perikanan. Wilayah pesisir Kabupaten Pangandaran berbatasan langsung dengan samudera Hindia, dengan memiliki panjang garis pantai mencapai 91 km, yang membentang di 6 (enam) Kecamatan diantaranya Kecamatan Kalipucang, Pangandaran, Sidamulih, Parigi, Cijulang dan Cimerak. Hal ini tentu saja ini merupakan potensi yang sangat luar biasa untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Namun, di balik potensi besar tersebut, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk mengoptimalkan pengelolaannya.
Potensi Pengelolaan Rumput Laut di Pangandaran
Pengelolaan sumber daya alam di daerah pesisir Indonesia telah menjadi fokus utama dalam upaya peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Salah satu potensi lokal sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Pangandaran adalah rumput laut (seaweed). Rumput laut ini merupakan sumber daya alam yang memiliki potensi besar namun belum sepenuhnya dimanfaatkan. Potensi rumput laut di Kabupaten Pangandaran didukung oleh kondisi geografis yang memiliki garis pantai yang cukup panjang dan perairan yang kaya akan kandungan nutrien, menjadikannya lokasi yang sangat ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan rumput laut. Rumput laut memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena dapat digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri, termasuk makanan, kosmetik, dan farmasi.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan 5 (lima) program prioritas kebijakan Ekonomi Biru, salah satunya adalah “Pembangunan Budidaya Laut, Pesisir dan Darat yang Berkelanjutan”. Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono, dalam siaran persnya (11/5/2024) menyebutkan, target Indikator Kinerja Utama (IKU) KKP pada RKP Tahun 2025, yaitu produksi perikanan sebesar 24,58 juta ton; nilai tukar nelayan pada kisaran 105 - 108; pertumbuhan PDB perikanan pada kisaran 4 - 6 persen; nilai ekspor hasil perikanan sebesar USD 6,25 miliar; dan produksi garam sebesar 2,25 juta ton.
Produksi rumput laut di Indonesia hingga bulan Oktober 2024 mencapai 8,02 juta ton, lebih besar dibandingkan dengan produksi ikan hasil tangkap (5,36 juta ton), dan ikan hasil budi daya (4,88 juta ton). Sementara di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2023 jumlah produksi perikanan tangkap sebesar 2.920,79 ton, perikanan budidaya sebesar 324,64 ton (termasuk rumput laut sebesar 9 ton). Jenis rumput laut yang dibudidayakan di Kabupaten Pangandaran yaitu jenis Eucheuma cottonii.
Pemilihan rumput laut Eucheuma sangat cocok, mengingat Pangandaran sebagai daerah yang secara geografis terletak di pesisir selatan Jawa Barat dan dukungan ekosistem yang ideal. Rumput laut lain yang dapat dibudidayakan yaitu jenis Gracilaria. Kedua rumput laut ini merupakan komoditas utama yang sangat banyak dibutuhkan di pasar domestik maupun internasional. Eucheuma merupakan jenis rumput laut yang sering digunakan sebagai bahan baku agar-agar dan bahan tambahan makanan, sedangkan Gracilaria banyak dipakai dalam industri pangan, kosmetik, dan farmasi.
Lokasi budidaya rumput laut Eucheuma di Pantai Timur Pangandaran
Budidaya rumput laut berpotensi meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir di Pangandaran. Masyarakat pesisir yang mata pencaharian utamanya sebagai nelayan dapat beralih menjadi pembudidaya rumput laut. Tentu saja ini dilakukan pada saat musim paceklik ikan, dengan hasil tangkapan yang berkurang dan tidak menentu. Dengan penerapan teknik budidaya yang efisien dan berkelanjutan, pembudidaya rumput laut bisa mendapatkan penghasilan yang stabil sepanjang tahun. Selain itu, istri-istri nelayan dapat diberdayakan untuk membantu perekonomian keluarga dengan mengolah rumput laut menjadi produk olahan makanan yang bernilai ekonomis dan bergizi, seperti bakso, biskuit, mie, dodol, nugget, dan lain sebagainya.
Permintaan pasar terhadap produk berbasis rumput laut yang tinggi dan semakin meningkat seiring dengan tren kesehatan yang berkembang di masyarakat. Rumput laut kaya akan nutrisi, termasuk vitamin dan mineral, sehingga semakin banyak digunakan dalam produk-produk sehat. Selain itu, di pasar global, kebutuhan rumput laut yang berkualitas tinggi semakin meningkat, memberikan peluang ekspor yang sangat besar bagi industri pengolahan rumput laut.
Selain potensi ekonomis, rumput laut juga memiliki manfaat ekologi. Rumput laut berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem laut. Keberadaan rumput laut dapat meningkatkan kualitas air dengan menyerap kontaminan dan meningkatkan kadar oksigen. Selain itu, rumput laut juga berfungsi sebagai habitat bagi berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya, yang pada akhirnya dapat menjaga kelestarian lingkungan pesisir yang menjadi sumber daya alam penting bagi kehidupan warga serta mendukung keberlanjutan sumber daya perikanan di masa depan.
Rumput laut Turbinaria decurrens di Pantai Karapyak, Pangandaran
Selain rumput laut yang berasal dari budidaya, ada juga potensi rumput laut lainnya yang cukup besar di Pangandaran. Wilayah pesisir, seperti Pantai Karapyak, Pantai Pangandaran, Pantai Batu karas dan Pantai Madasari menyimpan berbagai jenis rumput laut yang dapat dikembangkan menjadi bahan baku industri (makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, pakan ternak, keramik, cat, tekstil, kertas dan biopackaging). Beberapa rumput laut yang ditemukan di pesisir Pangandaran diantaranya rumput laut hijau (Ulva lactuca, Halimeda macroloba, Valoniopsis pachynema dan Borgesinia forbesii), rumput laut merah (Gracillaria eucheumioides, Gracillaria salicornia, Gracillaria coronipifolia, Acanthophora spicifera dan Halymenia harveyana), serta rumput laut coklat (Sargassum polycystum, Sargassum crassifolium, Turbinaria conoides, Turbinaria ornata, Turbinaria decurrens, Padina australis dan Padina minor).
Tantangan dalam Pengelolaan Rumput Laut di Pangandaran
Meskipun potensi yang ada cukup besar, namun belum banyak masyarakat yang tertarik untuk mengembangkan budidaya rumput laut di Pangandaran. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya keterbatasan dalam hal pengetahuan dan keterampilan budidaya, aksesibilitas mendapatkan bibit berkualitas, perubahan iklim, kondisi gelombang tinggi dan arus laut yang kuat, infrastruktur yang terbatas, serta minimnya investor.
Berbeda dengan budidaya ikan dan udang, pengembangan budidaya rumput laut di Pangandaran masih terbilang baru. Masyarakat memiliki keterbatasan dalam hal pengetahuan dan keterampilan budidaya rumput laut. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka dapat berdampak pada produktivitas yang rendah dan hasil yang tidak optimal. Sementara untuk mendapatkan produk rumput laut yang bagus dari segi kualitas maupun produktivitas, maka diperlukan bibit yang berkualitas pula. Ketersediaan bibit rumput laut yang memiliki performa baik, termasuk lebih adaptif dan pertumbuhan yang lebih cepat harus didapatkan dari unit pelaksana teknis (UPT) pada Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. Untuk wilayah Pangandaran harus menyediakan bibit rumput laut dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara yang jaraknya ± 400 km atau dari Balai Besar Perikanan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung yang jaraknya ± 600 km.
Perubahan iklim dapat menyebabkan suhu air laut meningkat, serta cuaca yang tidak menentu yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan menurunkan kualitas rumput laut. Perubahan cuaca seperti curah hujan yang tinggi dapat meningkatkan risiko patogen dan menyebabkan kondisi perairan lebih keruh, sehingga mengurangi penetrasi sinar matahari yang diperlukan untuk fotosintesis rumput laut. Selain itu, kondisi gelombang dan arus laut menjadi tantangan utama yang dihadapi pembudidaya rumput laut. Gelombang laut yang meningkat berpotensi merusak rumput laut, sementara arus yang kuat dapat menyapu bibit rumput laut dan menyebabkan hilangnya rumput laut yang telah ditanam.
Tentangan lainnya seperti terbatasnya infrastruktur pelabuhan dan akses jalan yang memadai dapat menghambat distribusi produk hasil budidaya rumput laut. Selain itu ketersediaan fasilitas pengolahan yang baik juga diperlukan agar produk yang dipasarkan tidak hanya bahan mentah (raw material) melainkan produk setengah jadi agar bisa menambah nilai jual produk (value added). Pengembangan infrastruktur ini perlu menjadi prioritas untuk mendukung pertumbuhan sektor perikanan khusunya rumput laut di Kabupaten Pangandaran. Hal tersebut juga dapat menjadi pertimbangan bagi para investor untuk menanamkan modalnya.
Dukungan pemerintah dan berbagai pihak terkait sangat dibutuhkan untuk pengembangan budidaya rumput laut yang berkelanjutan. Inovasi dalam teknik budidaya dan pengolahan rumput laut menjadi salah satu fokus utama agar produksi rumput laut dapat meningkat dan bersaing di pasar global. Pengelolaan rumput laut tidak hanya memberikan manfaat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memberikan kontribusi terhadap perekonomian daerah, tetapi juga berkontribusi pada kelestarian ekosistem laut yang mendukung keberlanjutan kehidupan masyarakat pesisir. Dalam rangka meningkatkan ketahanan ekonomi dan sosial yang berkeadilan berbasis potensi lokal, kedepannya Kabupaten Pangandaran berpotensi menjadi salah satu sentra produksi rumput laut di Jawa Barat.
Penulis: Ridwan Hapidin, S.Pi. (Penelaah Teknis Kebijakan, Dinas Kelautan Perikanan dan Ketahanan Pangan Kab. Pangandaran)