Aspirasi Jabar || Subang - Pada momentum sakral Hari Santri Nasional hari ini, Sadath M. Nur, SHI., MH, seorang visioner yang menggabungkan kebijaksanaan pesantren dengan keahlian profesional sebagai dosen, advokat, konsultan hukum, mediator, legal auditor, dan tax lawyer, menyampaikan pesan yang membakar semangat: Santri bukan hanya pewaris ilmu agama, melainkan pilar bangsa yang mandiri, kompetitif, dan siap mengabdi di segala medan kehidupan. "Santri harus bangkit dengan mental baja, tak pernah mengeluh atas kegetiran hidup, dan menjadi cahaya inspirasi bagi semua orang, di mana pun dan kapan pun," seru Sadath dengan penuh gairah. Rabu. 22/10/2025.
Dengan bangga mengenang perjalanannya sebagai alumni Pondok Pesantren Darus Salam Kasomalang Subang dan Pondok Pesantren Al Mukhlisin Ciseeng Bogor, baik dalam tradisi pesantren salaf maupun modern, sebagai santri mukim maupun kalong. Sadath membagikan kisah transformasinya. "Pesantren bukan sekadar tempat belajar, tapi pabrik pembentuk karakter yang tangguh. Saya, yang kini berdiri di garis depan hukum dan pendidikan, adalah bukti hidup bahwa latar belakang pesantren bukanlah penghalang, melainkan sayap untuk terbang tinggi. Santri jangan pernah minder; kita harus bersaing dengan siapa pun, menguasai ilmu agama sekaligus kompetensi duniawi, dari hukum hingga ekonomi," ungkapnya, mata berbinar penuh harapan.
Sebagai dosen yang mendidik generasi muda di bidang hukum, Sadath menekankan bahwa santri harus menjadi teladan universal. "Bayangkan santri yang tidak hanya hafal Al-Qur'an, tapi juga mahir mengaudit legal perusahaan atau menyelesaikan sengketa bisnis termasuk sengketa pajak dengan keadilan. Dalam peran saya sebagai mediator, nilai-nilai pesantren seperti sabar dan empati telah menyelamatkan banyak hubungan, membangun jembatan antar kalangan yang berbeda. Santri harus mandiri total, tak bergantung pada siapa pun, dan siap berinteraksi sosial tanpa batas latar belakang, dari ruang sidang hingga forum internasional."
Sadath, yang aktif sebagai Ketua Lembaga Bantuan Hukum (LBH) PC GP Ansor Kabupaten Subang dan Ketua Koordinator Wilayah LBH GP Ansor Jawa Barat, melihat pengabdian sebagai panggilan jiwa yang luas. "Mengabdi bukan terbatas di mimbar masjid; itu bisa melalui advokasi hukum untuk masyarakat lemah, konsultasi pajak yang adil untuk pebisnis, atau audit legal yang menegakkan transparansi. Saya bebas berkhidmat di ranah sosial, politik, ekonomi, dan hukum karena fondasi pesantren yang kuat. Santri, inilah saatnya kalian ambil peran! Jadilah agen perubahan yang kompeten, tangguh, dan inspiratif, membawa bangsa ini ke puncak kemuliaan."
Dalam dialektika komprehensif yang mengintegrasikan spiritualitas pesantren dengan profesi modern, Sadath, yang juga menjabat sebagai Dosen di Kampus STEINU Subang dan aktif sebagai Anggota Komisi Hukum dan Perundang-undangan MUI Kabupaten Subang, mengajak santri untuk bermimpi besar. "Sebagai tax lawyer, saya melihat pajak bukan beban, tapi alat keadilan sosial yang terinspirasi dari zakat. Sebagai legal auditor, saya mengawasi kepatuhan dengan ketelitian seorang hafidz. Santri harus terlibat di segala bidang, bergaul dengan semua kalangan, dan membuktikan bahwa kita bisa menjadi pemimpin global. Hari ini, mari kita nyalakan api semangat Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama 1945: Santri, bangkitlah! Mandiri, kompetitif, dan abadikan diri untuk umat dan bangsa."
Pesan inspiratif Sadath ini bukan sekadar kata-kata, melainkan panggilan aksi bagi ribuan santri di seluruh negeri. Di Hari Santri 2025, mari kita wujudkan visi santri sebagai motor penggerak Indonesia Emas, mandiri, tangguh, dan penuh cahaya !
Sumber : Sadath. M. Nur. SHI., MH.
Editor : Asp. SP.
