-->

Notification

×

Iklan

Akhlaq Terhadap Diri Sendiri

4 Apr 2020 | April 04, 2020 WIB | 0 Views Last Updated 2020-04-03T21:18:54Z


Oleh : Akbar Maulana
(Mahasiswa Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN SGD Bandung/Kader PMII Rayon Ushuluddin Kota Bandung)

Menurut Bahasa Kata “Akhlaq” berasal dari bahasa arab, jamak dari خُلُقٌ yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan khalqun خَلْقٌ yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan خَالِقٌ yang berarti pencipta, demikian pula dengan مَخْلُوْقٌ yang berarti yang diciptakan.

Dapat disimpulkan bahwa akhlaq menurut istilah adalah tabiat atau sifat seseorang,yakni keadaan jiwa yang telah terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa dipikirkan dan diangan-angan lagi.

Yang dimaksud dengan akhlaq terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau ruhani. Kita harus adil dalam memperlakukan diri kita, dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalnya kita melakukan hal-hal yang bisa membuat tubuh kita menderita. Seperti; terlalu banyak bergadang, sehingga daya tahan tubuh berkurang, merokok, yang dapat menyebabkan paru-paru kita rusak, mengkonsumsi obat terlarang dan minuman keras yang dapat membahyakan jantung dan otak kita. Untuk itu kita harus bisa bersikap atau beraklak baik terhadap tubuh kita. Selain itu sesuatu yang dapat membahayakan diri kita itu bisa bersifat psikis. 

Misalkan iri, dengki , munafik dan lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan penyakit hati yang harus kita hindari. Hati yang berpenyakit seperti iri dengki munafiq dan lain sebagainya akan sulit sekali menerima kebenaran, karena hati tidak hanya menjadi tempat kebenaran, dan iman, tetapi hati juga bisa berubah menjadi tempat kejahatan dan kekufuran. Untuk menghindari hal tersebut di atas maka kita dituntut untuk mengenali berbagai macam penyakit hati yang dapat merubah hati kita, yang tadinya merupakan tempat kebaikan dan keimanan menjadi tempat keburukan dan kekufuran. Seperti yang telah dikatakan bahwa diantara penyakit hati adalah iri dengki dan munafik. Maka kita harus mengenali penyakit hati tersebut. Akhlaq islam sendiri adalah akhlaq yang berdasarkan kepada tuhan, maka tentunya sesuai pula dengan dasar daripada agama itu sendiri.

Macam-Macam Akhlaq Terhadap Diri Sendiri :
Setiap manusia mempunyai kewajiban moral terhadap dirinya sendiri, antara lain:

1. Memelihara kesucian diri, baik jasmaniah maupun rohaniah. Perihal Menjaga kesucian diri dari segi rohaniah telah diutarakan dalam uraian yang lalu. Adapun memelihara kesucian diri dari segi jasmaniah adalah tetap bersih dan jauh daripada najis. Kitab-kitab Fiqih Islam pada umumnya membahas masalah ini dalam bagian pertama yang disebut “Kitabut-Tharah” yang menerangkan tata cara pembersihan diri dari berbagai najis dan hadas yang menjadi kewajiban dan persyaratan sahnya shalat.

2. Memelihara kerapihan diri: Di samping kebersihan ruhani dan jasmani, perlu diperhatikan faktor kerapihan sebagai manifestasi adanya disiplin pribadi dan keharmonisan pribadi.

3. Berlaku tenang (tidak terburu-buru): Ketenangan dalam sikap termasuk dalam rangkaian akhlaqul karimah, sebagaimana dikemukakan dalam al-qur’an: 
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَاماً -٦٣-
 Terjemah: “Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “salam,”.” (Q.S Furqan: 63)

4. Menambah pengetahuan: Hidup ini penuh dengan pergulatan dan kesulitan. Untuk mengatsi berbagai kesulitan hidup dengan baik diperlukan ilmu pengetahuan. Adalah kewajiban manusia menuntut ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk memperbaiki kehidupannya di dunia ini untuk beramal sebagai persiapan ke alam baqa. Allah menerangkan dalam al-Qur’an:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاء اللَّيْلِ سَاجِداً وَقَائِماً يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ -٩-
Terjemah: “(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah  orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhan-nya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar: 9)

5. Membina disiplin pribadi: salah satu kewajiban terhadap diri sendiri ialah menempa diri sendiri, melatih diri sendiri untuk membina disiplin pribadi. Disiplin pribadi dibutuhkan sebagai sifat dan sikap dan yang terpuji ( fadillah) yang menyertai kesabaran, ketekunan, kerajinan, kesetiaan dan lain-lain sifat bagi pembinaan diri.
×
Berita Terbaru Update