Kiamat Baru Memakan Korban Lagi -->

Kiamat Baru Memakan Korban Lagi

18 Sep 2022, September 18, 2022
Pasang iklan


Foto: Orang-orang berkumpul di depan Istana Buckingham, London, Inggris. (Photo by DANIEL LEAL/AFP via Getty Images)


Jakarta , Aspirasijabar - 'Kiamat' tenaga kerja kini melanda sejumlah negara di dunia. Salah satunya Inggris Raya.
Dari data terbaru, hampir setengah dari bisnis di Barat Daya Wales mengalami kekurangan pekerja terampil. Wales adalah bagian dari negara Inggris Raya, selain Inggris, Skotlandia, dan Irlandia Utara.

Studi terbaru merujuk Kantor Statistik Nasional (ONS) menemukan 44% perusahaan yang berbasis di wilayah tersebut terkena dampak kekurangan pekerja. Jumlah ini lebih banyak daripada bagian wilayah lain di Inggris dan 8% di atas rata-rata nasional.

Baca Juga:
       

Data penelitian Wales memaparkan perusahaan di South West memiliki persentase tertinggi yang berjuang mencari pegawai (42,5%). Disusul wilayah East Midlands (42,2%).

"Sebagai akibat dari kurangnya staf, 58% bisnis di South West memiliki karyawan yang bekerja lembur, sementara 40% mengatakan mereka tidak dapat memenuhi tuntutan," ujar Access2Funding, yang berada di balik penelitian tersebut, dikutip dari Business Live, Kamis (15/9/2022).

Secara rinci, kekurangan staff terbanyak berada di sektor kesehatan manusia dan pekerjaan sosial, mencapai 56%. Lalu diikuti sektor akomodasi dan layanan makanan 52%.


Setelahnya, ada pula transportasi dan penyimpanan mencapai 37%. Ada pula konstruksi, 37%, dan manufaktur, 35%.

Kekurangan staff ini bukan tanpa kebab. Angka-angka tersebut berkorelasi dengan studi Universitas Oxford yang menemukan kenaikan lowongan di Inggris tertinggi terkait pekerjaan yang paling banyak bergantung ke pekerja Uni Eropa (UE) di masa pra-pandemi.

Brexit membuat pekerja migran sulit datang. Belum lagi wabah Covid-19 yang sempat menutup perbatasan.


"Sayangnya, menarik dan mempertahankan talenta adalah salah satu dari banyak tantangan yang dihadapi bisnis saat ini yang menghambat pertumbuhan bisnis," kata Direktur Pelaksana Access2Funding Dawn Coker.

"Namun secercah harapan dapat ditemukan dalam berbagai skema misal ... pendanaan hibah yang mendukung inovasi," jelasnya lagi.

Inggris Raya sendiri sebenarnya saat ini tengah diuji dengan krisis biaya hidup. Data terbaru Agustus mencatat inflasi 9,9% secara year on year (yoy).

Bank sentral, Bank of England (BoE) sebelumnya telah memberi peringatan bahwa Inggris akan jatuh ke dalam resesi karena kenaikan suku bunga terbesar dalam 27 tahun dalam upaya memerangi inflasi. BoE menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Agustus menjadi 1,75%, kenaikan suku bunga terbesar sejak 1995 dan menjadi yang keenam berturut-turut.

Menurut jejak pendapat Reuters, perekonomian Inggris diperkirakan menyusut dalam kuartal III 2022 dan akan terus melemah hingga akhir 2023. Ekonomi Inggris pada 2022 diperkirakan tumbuh 3,5% dibandingkan pada 2021 sebesar 7,4% sementara 2023 tumbuh 0,2%.

5 Negara Lain Alami Fenomena Sama
Sebelumnya 'kiamat' tenaga kerja sudah melanda Malaysia, Australia, Amerika Serikat (AS), Kanada, hingga Jepang. Pandemi Covid-19 disebut-sebut menjadi dalang sebagian besar negara mengalami kekurangan ini.

Malaysia kekurangan pekerja migran. Data Juli, produsen mengatakan Malaysia kekurangan 1,2 juta pekerja, sebanyak 500.000 untuk konstruksi, 12.000 untuk kelapa sawit, 15.000 untuk chip, dan 12,000 untuk sarung tenaga medis.

Australia juga melakukan berbagai cara agar mendapatkan pada pekerja kembali. Pekan lalu, pemerintah meningkatkan jumlah migrasi permanen menjadi 195.000 dari tahun keuangan ini, meningkat 35.000 orang.

AS sendiri menghadapi krisis tenaga kerja yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meski perusahaan menawarkan bonus dan gaji yang tinggi, pekerjaan yang ditawarkan tak kunjung mendapatkan staff.

Menurut Fox News, ini terjadi pada sejumlah bisnis. Seperti restoran, toko, hingga penerbangan mulai dari petugas bagas ke pilot dan pramugari.

Kanada juga dilanda fenomena 'pensiun dini' beramai-ramai. Rekor jumlah warga Kanada berusia 55-64 tahun yang pensiun dalam 12 bulan terakhir meningkat. Itu, mempercepat eksodus massal pekerja paling terampil Kanada.

Sementara kekurangan pekerja Jepang akibat pukulan ganda dari harga komoditas yang lebih tinggi dan yen melemah menaikkan biaya hidup serta tekanan pada pekerja. Untuk mendapatkan kembali para pekerja, Perdana Menteri Fumio Kishida juga mulai meminta perusahaan untuk menaikkan upah mereka.

Editor : Eka
Sumber : CNBC

TerPopuler