Aspirasi Jabar || Subang - Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh,
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kita dapat memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, kelahiran insan mulia yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, teladan sempurna bagi umat manusia.
Saudara-saudara sekalian,
Peringatan Maulid Nabi bukan sekadar seremonial, melainkan momentum untuk merenungkan akhlak mulia Rasulullah SAW dan bagaimana kita dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tema “Indonesia Damai” menjadi semakin relevan di tengah kondisi bangsa kita belakangan ini. Dalam minggu-minggu terakhir, Indonesia sempat tidak baik-baik saja, dengan demonstrasi yang dimulai dari aspirasi rakyat terhadap isu ekonomi, korupsi, dan ketidakadilan, namun kemudian disusupi oleh elemen anarko dan provokator yang menyebabkan kerusuhan, pembakaran fasilitas umum, penjarahan, serta korban jiwa dan luka-luka. Peristiwa ini, seperti yang dilaporkan mulai akhir Agustus 2025, mengingatkan kita betapa rapuhnya kedamaian jika tidak dijaga dengan bijak.
Rasulullah SAW adalah sosok pembawa kedamaian. Beliau mengajarkan kita untuk saling menghormati, menjaga persaudaraan, dan menyelesaikan perbedaan dengan musyawarah serta kasih sayang, bukan dengan kekerasan atau provokasi. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Ahmad, Ath-Thabrani dan Ad-Daruquthni). Pesan ini mengingatkan kita bahwa kedamaian tercipta ketika kita saling memberi manfaat, bukan memicu konflik atau merusak milik bersama.
Di Indonesia, keberagaman adalah anugerah yang harus dijaga. Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana hidup berdampingan dengan berbagai kelompok masyarakat di Madinah melalui Piagam Madinah, sebuah teladan toleransi dan kerja sama lintas agama serta suku. Beliau mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah penghalang untuk hidup harmoni, melainkan peluang untuk saling melengkapi. Namun, ketika demonstrasi yang sah disusupi oleh provokator yang memicu anarki, seperti pembakaran gedung DPRD, halte transportasi, dan fasilitas publik lainnya, hal itu justru merugikan rakyat sendiri dan menjauhkan dari tujuan mulia.
Saudara-saudara, di tengah ujian ini, mari kita teladani akhlak Rasulullah SAW untuk mengembalikan Indonesia ke jalan damai :
1. Menjaga lisan dan perbuatan. Hindari ujaran kebencian, fitnah, dan tindakan yang memecah belah, termasuk menghindari provokasi yang dapat memicu kerusuhan. Seperti sabda Rasulullah, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam” (HR. Bukhari dan Muslim).
2. Mempererat ukhuwah. Jadilah perekat persatuan dengan saling menghormati dan membantu sesama, tanpa memandang latar belakang. Waspadai penyusup yang ingin memecah belah, dan selesaikan aspirasi melalui dialog damai.
3. Menyebarkan kasih sayang Rasulullah SAW bersabda, “Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak beriman sampai kalian saling mencintai” (HR. Muslim). Cinta dan kasih sayang adalah kunci untuk menyembuhkan luka dari kerusakan dan kekerasan baru-baru ini.
Dalam momen Maulid Nabi ini, marilah kita jadikan Indonesia sebagai ladang untuk menabur benih kedamaian. Dengan meneladani Rasulullah SAW, kita wujudkan negeri yang penuh rahmat, harmoni, dan keadilan, meninggalkan kekerasan dan provokasi di belakang. Semoga peringatan Maulid Nabi ini menjadi pengingat bagi kita untuk terus berjuang menjaga persatuan dan kedamaian di bumi pertiwi, terutama setelah cobaan berat yang baru saja kita alami.
Wallahul muwaffiq ila aqwamit tharieq
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh. ( Rls).
Jurnalis : Asp. SP.
