Anak Janda Tua Rencana Jual Ayam Kesayangan Buat Beli HP -->

Anak Janda Tua Rencana Jual Ayam Kesayangan Buat Beli HP

5 Agu 2020, Agustus 05, 2020
Pasang iklan


PENGAMAT : TANPA ARAHAN DAN PETA YANG JELAS, SISTEM BELAJAR DARING JADI KONYOL.

Aspirasijabar.net-Rumpin, Bogor. Keinginan untuk terus belajar pada diri Deni Mulyadi (14) sangat kuat, meskipun saat ini pembelajaran sekolah dilakukan dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau belajar dalam jaringan (Daring). Deni adalah anak seorang janda tua penjual makanan ringan dan saat ini tercatat sebagai murid kelas 1 Mts Matlaul Anwar Desa Sukasari Kecamatan Rumpin.

"Adinda Deni berencana hendak menjual ayam kesayangannya agar bisa membeli handphone (hp) supaya bisa ikut belajar daring," ungkap Widdie, seorang remaja putri yang bersama beberapa rekannya menjadi relawan sosial. Widdie menambahkan, Deni memang anak keluarga tidak mampu yang hidup sama ibu dan neneknya yang sudah tua. "Adinda Deni juga sering membantu ibunya saat berjualan makanan. Dia bilang kasihan sama ibunya." Ujar Widdie, Selasa (5/8/2020).

Yusfitriadi, Direktur DEEP Indonesia mengatakan, kisah kesulitan yang dialami Deni Mulyadi hanyalah salah satu dari ratusan atau mungkin ribuan bahkan jutaan kisah pahit pelajar dari keluarga tak mampu yang harus terpaksa mengikuti sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) dengan metode daring yang membutuhkan sarana perangkat handphone dan akses internet. "Makanya sistem pembelajaran daring yang dipaksakan tanpa adanya sarahan, pemetaan dan terobosan kreatifitas yang jelas hanya sebuah sistem konyol," tandas Yusfitriadi melalui sambungan telepon pribadinya.


Kang Yus sapaanya, menjelaskan, pemerintah melalui Kemendikbud dan Dinas Pendidikan di daerah, harus memberikan arahan (guide) berupa aturan - aturan teknis yang jelas dan pasti tentang penerapan sistem pembelajaran online (daring). Menurutnya, kesehatan dan pendidikan memang sama pentingnya dan harus dijaga agar tetap berjalan. "Jangan asal membuat kebijakan yang pukul rata tanpa melihat situasi dan kondisi nyata dilapangan. Ketika ada daring, lalu daring semua. Padahal masih banyak pelajar atau murid yang orangtua atau keluarganya tidak mampu," tegasnya.

Masih kata Kang Yus, Kemendikbud dan Disdik Provinsi atau Kabupaten/Kota juga harus mampu membuat pemetaan wilayah yang jelas terkait sistem daring. Hal ini menurutnya penting karena ada beberapa wilayah memiliki letak dan kondisi geografis yang sulit dalam mendapatkan signal/jaringan internet sehingga tidak mungkin ada aitem belajar daring. dan harus ada metode belajar tatap muka. Makanya dibuat aturan dan arahan yang jelas seperti apa metode pelaksanaan kegiatan belajar mengajarnya saat pandemi begini," Bebernya. 

Kang Yus juga menegaskan, saat ini seluruh leading sektor pendidikan terutama Dinas Pendidikan, harus lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi pembelajaran. Dia mencontohkan, melakukan sistem kerjasama dengan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid 19 atau dengan Pemerintah Desa  "kan bisa saja anggaran dana Covid 19 yang ratusan miliar atau juga Dana Desa yang 1 miliar, disisihkan untuk membantu dunia pendidikan dengan pengadaan sarana hot spot, WiFi gratis atau pengadaan televisi besar buat belajar bersama." Pungkasnya.




~ Deni Mulyadi (14) seorang pelajar di Kecamatan Rumpin yang hanya tinggal bersama ibu dan neneknya yang tidak mampu, saat ini ingin menjual ayam kesayangannya agar bisa membeli handphone untuk digunakan belajar daring.

( Boim / Fahry )

TerPopuler