KNPI Cibarusah Angkat Bicara Terkait Polling Bakal Caleg Milenial -->

KNPI Cibarusah Angkat Bicara Terkait Polling Bakal Caleg Milenial

12 Sep 2020, September 12, 2020
Pasang iklan
Aspirasijabar | CIBARUSAH - Jagat media sosial Cibarusah Kabupaten Bekasi dihebohkan dengan kemunculan jajak pendapat di sebuah situs online pollingkita.com. Polling tersebut dibuat tanggal 8 September 2020 dengan judul "Tokoh Milenial Cibarusah Untuk DPRD Tanpa Politik Uang". Ada 6 enam tokoh yang dimasukan dalam polling tersebut, ada 2 orang kepala desa dan 4 orang ketua organisasi tingkat kecamatan Cibarusah.

Menyikapi adanya polling tersebut, salah satu tokoh milenial yang namanya tercantum dalam polling yakni Ketua KNPI Kecamatan Cibarusah Ahmad Djaelani angkat bicara. Ia menilai, saat ini situasi kebatinan masyarakat tidak pas untuk membahas dan membicarakan isu-isu politik.

"Masyarakat hari ini sedang dihadapkan pada beratnya dampak dari pandemi Covid-19, di beberapa desa sudah mulai kekeringan, kehadiran polling  bertentangan dengan situasi kebatinan masyarakat," ujar Djaelani dalam keterangannya, Sabtu (12/09/2020).

Djaelani menambahkan, meskipun baru sebatas simulasi, dirinya saat ini tidak menemukan urgensi dari adanya polling tersebut. Kehadiran polling politik sekarang ini justru memicu sikap antipati dari masyarakat terhadap politik itu sendiri. 

"Masyarakat saat ini sedang tidak butuh polling, yang ada masyarakat kaya cuek dan apatis, buktinya sudah 5 hari polling tersebut diluncurkan, baru ada sekitar 1.600-an vote yang masuk. Padahal jumlah masyarakat Cibarusah yang masuk DPT dan memiliki telepon pintar jumlah lebih dari 50 ribu orang, rasionya tidak sebanding gak sampai 5 persen," tambah Djaelani.

Djaelani menganggap, kehadiran polling juga memberikan dampak negatif terhadap stabilitas politik tingkat kecamatan. Jika pembuat polling bermaksud melakukan simulasi penjaringan tokoh untuk pemilihan legislatif mendatang, seharusnya polling tidak dibatasi hanya 6 orang saja, karena masih banyak tokoh lain dari beragam organisasi masyarakat dan kepemudaan, maupun tokoh profesional yang berpotensi untuk dimasukan. 

Belum lagi terkait istilah milenial yang digunakan dalam polling, kata Djaelani, itu jelas rujukannya pada usia. Dalam demografi, seseorang dikatakan Milenial atau yang dikenal dengan generasi Y itu yang lahir tahun 1980 hingga tahun 2000-an awal. "Kalau yang dimasukan ke dalam polling ada yang kelahiran di atas tahun 1980 atau usianya sudah 40 tahun lebih bagaimana pertanggungjawabannya,?" tanya Djaelani.

Lebih lanjut, Djaelani yang merupakan lulusan Sarjana Ilmu Politik Pemerintahan ini juga menilai keberadaan polling tersebut tidak memberikan pendidikan politik kepada masyarakat. Karena dalam simulasi survei kandidat di dunia politik itu proses dan mekanisme keilmuannya sangat ketat. Mulai dari pemilihan metode penentuan sampel dan responden, pemilihan teknik pengambilan data, penentuan margin eror, penentuan model analisisnya. Karena itu semua merupakan pra syarat kevalidan dan keshahihan sebuah polling atau survei.

"Dalam bidang statistik, keberadaan polling yang tidak mampu menunjukan sejumlah pra syarat tersebut maka hasilnya juga tidak bisa dipercayai, karena tidak memiliki keabsahan dan legitimasi secara keilmuan," jelas Djaelani.

Meskipun namanya bertengger di urutan ketiga Polling tersebut, Djaelani mengajak kepada seluruh stakeholder di Cibarusah untuk tidak gampang terhasut oleh propaganda politik lewat polling dan atau sebagainya. "Sekarang ini waktunya kita bersama-sama bergotong royong saling membantu masyarakat di tengah pandemi, di tengah musim kekeringan, dengan kebersamaan segala kesusahan pasti akan dilewati," tandas pria yang juga merupakan Pendiri Aing Bekasi ini.



Jurnalis
Dang_AT

TerPopuler