Kempaka Komisariat Cimahi Gelar Webinar Terkait Kekerasan Terhadap Perempuan -->

Kempaka Komisariat Cimahi Gelar Webinar Terkait Kekerasan Terhadap Perempuan

21 Des 2020, Desember 21, 2020
Pasang iklan


Aspirasijabar.net, Cimahi- Pandemi Covid-19 melanda berbagai penjuru dunia. Salah satunya bumi pertiwi yang telah merasakan 10 bulan bencana ini. Berbagai isu menyelimuti keruhnya kondisi saat pandemi berlangsung. Isu politik, ekonomi, kesehatan, dan yang sangat dekat kehidupan di lingkungan sekitar kita adalah kekerasan. Isu kekerasan yang marak tak luput dari perhatian. Seseorang melakukan kekerasan dengan alasannya masing-masing.
Tidak sedikit yang mengalami kekerasan ialah perempuan. Dimana seorang perempuan merasa lemah ketika Ia menjadi korban kekerasan.

Maka dari itu KEMPAKA Komisariat Cimahi menggelar sebuah webinar dengan tema "Menakar kekerasan terhadap perempuan di tengah pandemi" yang diharapkan agar peserta mampu memahami dan mampu mengimplementasikan apa yang telah disampaikan dari para pemateri, pada Minggu (20/12/20) .

Untuk meramaikan webinar tersebut panitia mengundang Ibu Ai Maryati Solihah M.SI selaku Komisioner KPAI dan saudara Nuke Rouffyanti Abdillah dari Komunitas Perempuan Agora Karawang.

Dilansir dari berbagai macam portal berita yang saya baca tingkat kekerasan terhadap perempuan meningkat 75%. Hal ini menunjukkan keadaan pandemi dapat memicu terjadinya lonjakan kekerasan terhadap perempuan. Persentase tersebut hanya yang tercatat saja bagaimana yang tidak tercatat atau belum bersedia untuk melaporkan tindak kekerasan yang Ia alami mungkin masih banyak yamg enggan untuk melapor.

Dalam paparan yang disampaikan oleh Komisioner KPAI Ibu Ai Maryati Solihah M.SI menyatakan survei 2016 menunjukkan bshes 2 dari 3 anak Indonesia berusia 13-17 tahun mengaku pernah mengalami kekerasan. Situasi hari ini KPAI menyampaikan jumlah kekerasan seksual di tahun 2020 selama pandemi kurang lebih terdapat 3000 kasus kekerasan terhadap perempuan. Situasi pandemi rentan terhadap perempuan dan anak. Lalu situasi kekerasan seksual terhadap perempuan di Karawang termasuk ke dalam data terlindung LSK dengan 100 terlindung di Jawa Barat. Ia menegaskan di jajaran pemerintah dan pemerintah daerah harus ada regulasi adil gender dan adanya implementasi program mengikis kesenjangan gender. Lalu harus adanya aparat penegak hukum yang memiliki persefektif gemder sesuai dengan hukum yang berlaku, kemudian masyaraat harus berusaha bersama-sama bersinergi dalam pencegahan dan memberdayakan serta peduli mendampingi dan melaprokan.

Selanjutnya, di lingkungan keluarga pengasuhan positif dan pmenuhan hak anak. Sebagai mahasiswa juga perlu adanya implementasi tri dharma perguruan tinggi dan berperan aktif. Dalam mewujudkannya untuk membangun masyarakat yang lebih baik lagi.

Perwakilan dari Komunitas Perempuan Agora pun menjelaskan bahwa merujuk pada data KOMNAS HAM menunjukkan angka kasus kekerasan terhadap perempuan masih tinggi dan tak ayalnya gunung es. Masih banyak kasus-kasus kekerasan seksual yang tidak tercatat. Kekerasan terhadap perempuan dianggap sistematis karena dilakukan. Dikonnstruksikan, dipertahankan dan dilanggengkan mengacu pada politik yang dominan. Komunitas perempuan agora juga memiliki titik fokus kasus kekerasan yaitu kekerasan yang terjadi di lingkungan kampus. Kasus kekerasan seksual di lingkungan kampus selayaknya gunung es. Hanya sedikit yang terlihat di permukaan. Hingga saat ini masih terus terjadi kasus kekerasan seksual di kalangan kampus.

"Hal ini seharusnya menjadi dorongan kepada pihak kampus segera meregulasi peratiran-peraturan demi terciptanya kampus merdeka," tutur Nuke.

"Demikian pemaparan dari para pemateri yang telah memberi asupan nutrisi ilmu mengenai wawasan kekerasan terhadap perempuan," ungkap Mela Anisa.

Mela melanjutkan, bahwa kekerasan terhadap perempuan merupakan sebuah proses yang terjadi berulang-ulang jika tidak ada perhatian khusus dari korban ataupun pelaku.

"Sejatinya kita adalah seorang perempuan yang dapat bertindak kepada pihak berwenang jika ada kekerasan yang kita alami. Jangan jadikan sebuah kekerasan menjadi sebuah kebenaran," tutupnya.

(Kus)

TerPopuler